Surat Kebangkitan




 

To:

The time that I am living in

 

O masa transisi, yang aku benci.

Tolonglah sudahi, nyaris tak sanggup lagi.

Mau sampai kapan kau mampir, seolah tak habis-habis.

Mangkir sajalah, aku tak peduli.

Jika kau barang, ingin sekali ku buang.

Jika manusia, tak lagi-lagi kau kutemui.

Kau buat mataku sulit lelap, kau bikin gelisah di kala siang.

Yang tadinya tenang, kini berguncang.

Yang diam bersabar, lantas berapi-api.

 

**


To:

Myself

Kepada tubuh dan jiwaku, yang senantiasa mencintai satu sama lain. Aku tengah memaksamu untuk ketar-ketir lagi. Berkembang atau tertinggal adalah pilihan, tapi berjalan kembali ke plans yang telah disusun -meski belum sempurna- adalah tekad.  Autumn telah datang, satu tahun apakah sia-sia. Kita belum total beranjak, belum utuh bangkit dari zona nyaman. Kau ingat kan kita dulu  pontang-panting berlari hingga terbang mengejar mimpi? Mari kita lakukan lagi. Waktu tidak pernah sempat untuk berhenti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A New Home in Stirling

Book Review | Resensi Buku - Living in Tune by Liz Roberta (in English)

Sebuah Intro