Postingan

Book Review | Resensi Buku - Living in Tune by Liz Roberta (in English)

Gambar
      Hello, my kind readers. Long time no see, here some fresh air to you now, I hope you do not mind. I have got , a little complaint (if I could say like that) because I write a blog in Bahasa, meanwhile my international friends also are interested to read my writing. I told them to translate through online translator but still, it is strange and not organic. SO, I DECIDE to write some pages in English, I choose what might be suitable to share. Other consideration is I would not stop writing in English although I passed already my study in the UK. Well, I actually still write a blog in my part time job but I feel that is not enough to sharpen skill. Once more, hopefully you still enjoy and wait for my next writing (could be in English or Bahasa, depends on the content).  .. I finished reading a nice book by Liz Roberta, a spiritual coach from UK. For me, it is hard to not share informative and inspiring things from Liz. She is such an amazing author. Title                         

Surat Kebangkitan

Gambar
  To: The time that I am living in   O masa transisi, yang aku benci. Tolonglah sudahi, nyaris tak sanggup lagi. Mau sampai kapan kau mampir, seolah tak habis-habis. Mangkir sajalah, aku tak peduli. Jika kau barang, ingin sekali ku buang. Jika manusia, tak lagi-lagi kau kutemui. Kau buat mataku sulit lelap, kau bikin gelisah di kala siang. Yang tadinya tenang, kini berguncang. Yang diam bersabar, lantas berapi-api.   ** To: Myself Kepada tubuh dan jiwaku, yang senantiasa mencintai satu sama lain. Aku tengah memaksamu untuk ketar-ketir lagi. Berkembang atau tertinggal adalah pilihan, tapi berjalan kembali ke plans yang telah disusun -meski belum sempurna- adalah tekad.   Autumn telah datang, satu tahun apakah sia-sia. Kita belum total beranjak, belum utuh bangkit dari zona nyaman. Kau ingat kan kita dulu   pontang-panting berlari hingga terbang mengejar mimpi? Mari kita lakukan lagi. Waktu tidak pernah sempat untuk berhenti.

I was not born as an Angel, but wait..

Gambar
 .......... ....................................   “Dear my beloved, my own self. We were not born as an angel, but at least we did our best” batinku menghibur diri. Dari hari sedih, kata-kata buruk, tatapan kecewa orang lain, dan pikiran jahat tentang kesalahan masa lalu atau kebencian. Orang lain meremehkan, aku diam. Yang lainnya berujar pesimis berkata aku tak akan bisa, tak kuambil hati. Perasaan mana yang tak terluka, tapi sembuh atau semakin parah adalah pilihan. Kadang aku cuma berempati terhadap orang-orang yang marah padaku, yang teriak marah, tak suka, menilai sesuatu tanpa melihat proses. Kubayangkan saat level emosiku di zona negative (marah, sedih, takut) dan benar-benar ingin menumpahkannya. Aku pun juga teriak, meluap-luap, berucap seperti tak terkontrol. Namun perlahan berubah, aku tersadar dan menyesali; sepertinya aku tak perlu demikian. Lalu nanti akan ada saat kurenungkan apa yang harus kubenahi. Satu-satunya yang bisa kukendalikan, cuma diriku sendiri. Manusia

Culture Shock Shock Shock! Scotland dan Kejutannya

Gambar
 .............................. ...................... ......... Bagaimana seorang anak Indo yang berjalan jauh ke dunia barat bertemu dengan hal-hal baru dalam hidupnya, seperti itulah kira-kira yang akan aku ceritakan hari ini.   Yang jelas, cukup mengagetkan. Selama 25 tahun Tuhan memberi nikmat di tiap detik hidup seorang Reliza, baru kali ini benar terasa bedanya. Tapi aku sangat bersyukur, Tuhan menitipkanku pada keluarga yang tepat; ibu, bapak, dan kedua adikku yang selalu mendukung apapun yang kuimpikan. Dan dari mereka juga, aku belajar menerima keadaan apapun yang sedang aku hadapi, dimanapun dan bagaimanapun, intinya bersyukur. Sebab itulah semua ‘kekagetan’ yang Tuhan uji padaku menjadi suatu hal menyenangkan. Pahit terasa manis, letih terasa kuat, dan segala ketidaksempurnaan menjadi kekuatan. Yang kunikmati hari ini mungkin tidak seberapa di mata orang lain, namun mengingat jatuh bangun dalam masa ku berjuang dan berkorban, menguatkanku untuk selalu bersyukur di setiap

A New Home in Stirling

Gambar
  Hiya, Pal! Salam hangat dari negeri dongeng; tempat mimpi-mimpi tumbuh subur dan berkembang. Kita hidup berempat di sini; Ella, Tari, Luni, dan tentu saja si protagonist dan yang paling manis di antara mereka; aku…. Ehem. Boleh dibilang beruntung, tapi boleh jadi tidak: kita bertanah air sama, Indonesia. Meski jelas berbeda di antara penduduk negeri dongeng lainnya, tetangga kita begitu ramah dan sangat menjunjung toleransi. Bahkan nyaris tidak ditemui racism di kota ini. Kita perempuan , Asian , muslim , berhijab. Ada banyak alasan untuk mem- bias -kan itu. Tapi tidak di negeri dongeng ini, semua makhluk menetap dengan damai. Pasti, perawakan kita awalnya mencuri perhatian sekitar, tapi lingkungan akan selalu menerima, respect , dan saling support atas segala macam perbedaan. Itu membentuk kita menjadi manusia berhati baik dan berpikiran luas. Sebab itulah, rasanya begitu betah tinggal di sini. Belajar banyak hal dan mendapat hal lain yang jauh lebih besar, termasuk kebah