Culture Shock Shock Shock! Scotland dan Kejutannya

 ..............................

......................

.........

Bagaimana seorang anak Indo yang berjalan jauh ke dunia barat bertemu dengan hal-hal baru dalam hidupnya, seperti itulah kira-kira yang akan aku ceritakan hari ini.  Yang jelas, cukup mengagetkan. Selama 25 tahun Tuhan memberi nikmat di tiap detik hidup seorang Reliza, baru kali ini benar terasa bedanya. Tapi aku sangat bersyukur, Tuhan menitipkanku pada keluarga yang tepat; ibu, bapak, dan kedua adikku yang selalu mendukung apapun yang kuimpikan. Dan dari mereka juga, aku belajar menerima keadaan apapun yang sedang aku hadapi, dimanapun dan bagaimanapun, intinya bersyukur. Sebab itulah semua ‘kekagetan’ yang Tuhan uji padaku menjadi suatu hal menyenangkan. Pahit terasa manis, letih terasa kuat, dan segala ketidaksempurnaan menjadi kekuatan. Yang kunikmati hari ini mungkin tidak seberapa di mata orang lain, namun mengingat jatuh bangun dalam masa ku berjuang dan berkorban, menguatkanku untuk selalu bersyukur di setiap proses yang kulalui.

Ah, Scotland. Kadang aku masih merasa seperti mimpi berada di sini. Bukan hanya aku ya, flatmates-ku Ella, Tari, dan Luni juga merasa tengah tidur dan bermimpi indah. Kita belajar mencintai sesuatu yang baru bersama di sini, sekalipun yang tidak disukai. Negeri ini begitu beda. Aku sedang tidak mencela negaraku sendiri dengan menyatakan Scotland jauh lebih baik. Hanya saja ini jauh bedanya. Kehidupan barat telah membuka mata dan pikiran bahwa Tuhan menciptakan sisi lain yang tidak bisa kupaksa sama dengan duniaku yang sebelumnya. Seperti yang kubilang tadi, mengagetkan memang. Tapi ingat, bersyukur selalu membuatku ikhlas menghadapi segala hal yang terjadi di negeri dongeng ini…

Oh ya,

Kepada kalian, teman-teman pembaca yang penuh kesetiaan hingga di lamanku yang ketiga..

I do apologise jika yang kutulis ini tidak mencakup segala hal. Beberapa orang mungkin akan menatap sudut pandang yang tidak kusadari. Bisa jadi lebih luas dan terang dari sisi yang tengah kusentuh. That’s why, I told you this blog is like my own self, although it sounds like wee bit selfish, but every word and story that I write here, whether I add some fake or true sentences, it still represents me. Me and my world. Mungkin jika di social media, aku akan banyak menimbang apa yang kira-kira orang lain katakan tentangku untuk sebuah photo yang baru saja uploaded, atau apa yang orang lain nilai dalam caption yang kutulis untuk itu. But this is different. Aku adalah aku. Reliza yang merangkak menuju dewasa hidup kembali pada laman yang membesarkannya. Tidak penuh pencitraan. Sincerely, apa adanya. No matter what people think, nothing’s right and nothing’s wrong.

 

    Bagiku menulis adalah buah pikir yang tidak mudah diubah orang lain. Kadang meski terlihat cerewet, aku lebih suka menutup mulut daripada menghujat pedihnya sebuah masa di hidupku. Tapi, aku tak sanggup menjerat jari-jariku untuk tidak menuliskan sesuatu di diari, atau selembar kertas oret-oretan yang tak lagi terpakai. Sejauh aku menulis, maka dahagaku akan lepas.

Inilah gairahku, inilah merdekaku untuk mengungkap apa yang banyak orang tak tahu; betapa liarnya aku dalam emosi.

So, sampai di sini sepertinya kalian telah cukup paham, dan aku tidak akan menulis intro lebih panjang lagi (akupun tidak suka menunggu untuk itu). Baiklah..

Ingat ya, tidak perlu kaget berlebihan, tetaplah bersyukur untuk segala sesuatu di hidupmu. Here the things that shocked me when arrived in Stirling;

Musim

Temanku,

setiap pergantian musim akan selalu ada ‘penyesuaian’ yang terjadi. Empat musim di Scotland membuat jam tidur, makan, istirahat, serta waktumu secara keseluruhan akan berubah. Aku akan berusaha jujur ya dalam hal ini, pola dan rencana yang disusun akan kacau setiap tiga bulan sekali. Karena musim sangat mempengaruhi diri dan bagaimana hari-hari akan dilalui.

- Autumn, malam akan panjang. Langit menjadi gelap pada pukul empat sore dan matahari akan terbit sekitar pukul delapan pagi. Suhu berkisar di angka belasan derajat Celsius. Autumn mengingatkanku sewaktu pertama kali menginjakkan kaki di Scotland. Tubuhku beradaptasi. Kulit kering, bibir berdarah, bahkan sempat mimisan. Hal ini normal terjadi. Benar-benar berbeda dari negara tropis, jomplang lah. Di musim ini, daun-daun gugur mempercantik setiap jalan yang kau telusuri, tapi angin dan gerimis tidak mengijinkanmu untuk berlama-lama di luar rumah. Pada saat autumn, aku lebih memilih menggunakan hoodie atau jaket dengan beanie. Trust me, it’s too windy to use your umbrella!

- Winter, malam akan sangat sangat sangat panjang. Sudah jelas, di waktu ini matahari sangat dirindukan. Susu, daging, dan vitamin D capsule membantumu merasa lebih baik karena suhu bisa berada di -10 derajat Celsius! Winter sangat menyenangkan karena di musim ini salju akan turun. Bayangkan saja, seumur-umur saat bangun di pagi hari, semua menjadi putih di balik jendela, dan kamu seperti akan masuk ke kulkas ketika membuka pintu rumah. Salju turun seperti hujan, kadang deras, kadang berhenti. Salah satu hal yang harus diperhatikan ketika winter adalah ketika salju mulai mencair. Jalanan menjadi sangat licin dan tidak jarang banyak orang yang tergelincir di musim ini. So.. hati-hati.

- Spring, musim favourite-ku. Musim ini ditandai tumbuhnya snowdrop dan daffodil, sejenis bunga liar yang muncul setelah salju mencair. Mood akan naik karena matahari sering menampakkan diri (ini sangat berpengaruh, itulah kenapa banyak penduduk setempat yang sunbath di spring dan summer). Semua menjadi lebih hangat, hewan-hewan yang sebelumnya bersembunyi akan riang berkeliaran. Bunga-bunga di musim semi.. ah, beragam sekali! Sebab itulah sewaktu keluar rumah, hari-hari akan terasa bahagia meskipun masih terasa agak dingin.

- Summer, di detik aku menulis laman ini, aku membuka jendela kamar lebar-lebar, memakai pakaian serba pendek dan sesekali mengipas wajahku dengan amplop bekas. Bisa dibayangkan rasanya sepanas apa. It’s 26 degree now. Pasti kalian akan berpikir Indonesia jauh lebih panas dari itu, lalu men-judge bahwa statement-ku berlebihan. Let me tell you about something that you need to understand..Pertama, aku sudah terbiasa dengan suhu ekstrim sebelumnya dimana tubuhku sudah mulai oke dengan hawa minus. Tiba-tiba matahari rajin bertamu, which is siang akan sangat panjang, bahkan aku merasa ada dua siang dalam satu harinya. Matahari pamit di pukul sebelas malam tapi kembali datang di pukul setengah tiga pagi. Ada hal unik yang kutemui di musim ini. Di pukul satu malam saat aku tengah berada di Mote hill, sebuah bukit di Stirling, aku melihat sinar matahari tidak sepenuhnya hilang di garis pinggir langit. Saat itu aku tak bisa membedakan apakah itu sunset atau justru sunrise. Benar-benar takjub.

Kedua, rumah di UK rata-rata didesain khusus dari material yang menyerap panas, kayu misalnya. Jika kamu tidak membuka jendela lebar-lebar di siang hari, maka siap-siap untuk sakit kepala, dada terasa ditekan, dan rasa haus yang tidak hilang-hilang. Di musim ini, I personally would like to say that we only need sinar matahari yang cukup. Ada benarnya juga kata pepatah, bahwa sesuatu yang berlebihan tidak akan pernah baik, mencintai seseorang misalnya… (ehhh, sorry salah topik hehe).

Menu

Kalau di rumahmu sebelumnya tahu dan tempeh adalah menu andalan setiap hari, silahkan berpikir berulang kali untuk membeli bahan masakan ini karena di Scotland ini jauh lebih mahal! Tempeh misalnya 3 GBP atau setara dengan 60.000 IDR.. Maka, pertimbangkan lagi jika memang budget tidak mendukung pola hidupmu. Automatically, you’ll think to eat something cheaper. Apa yang mahal di Indonesia, di sini lebih murah loh, terutama roti, coklat, dan susu. Tapi aku akan bilang bahwa makanan di sini terasa lebih hambar dari makanan di Indo. Bebas mecin kali ya haha. Selain itu, sayur dan buah juga berbeda variannya, red cabbage, lettuce, peach, plum, cherry, etc. Bahkan di sini juga dijual dalam bentuk frozen. Setiap tempat mungkin akan berbeda, tetapi di Stirling tidak ada yang namanya pasar tradisional. Pernah suatu waktu aku pergi ke kawasan city center (13 minutes naik bis dari flat), ada stan-stan yang menjajakan makanan dan barang unik. Tapi itu hanya di waktu-waktu tertentu, tidak juga setiap minggu atau bulan. Ya, kalau di tempat asalku, Kepahiang, ini semacam Kalangan. Biasanya, akan ada satu pemain Bigpipe (alat musik tradisional Scotland) yang akan menghidupkan suasana ‘kalangan’ ini. Normally, yang memainkan Bigpipe di tempat umum adalah laki-laki yang memakai Kilt, rok kotak-kotak khas Scotland.

Anyway….

pertanyaan yang paling sering ditanyakan khalayak, di sana makan nasi gak?

Jawabannya: Makan dong. Di sini ada banyak varian beras. Mau yang panjang, bulet, warna merah, coklat, and so forth. Pokoknya jangan pernah berpikir bahwa di UK, aku makan roti dan kentang doang. Even di sini, bule pun consume beras meskipun tidak setiap hari.

 

Accent

Satu-satunya accent yang akan ditemui adalah Scottish saja? NO. Kamu akan berjumpa macam-macam accent di Scotland (dan UK secara keseluruhan). Banyak sekali pendatang di sini, orang-orang Eropa, Asia, America, Africa, dan dari belahan bumi lain memiliki accent yang berbeda-beda. Kamu tidak akan cukup dengan Scottish saja (meskipun itu benar-benar jadi challenge), tapi kamu akan pelan-pelan belajar bagaimana berinteraksi dengan dunia internasional, bukan cuma local people. To be honest, ada beberapa accent yang sukar dimengerti awalnya. Untuk itu, perluas circle pertemanan agar terbiasa!

 

Masyarakat Sosial

Kehidupan yang memanusiakan..

Bukan hanya Scottish, tapi masyarakat UK umumnya gemar menyapa dengan salam (meskipun Scottish terkenal lebih ramah dari British ya). Hiya! Alright mate? How is it going? How are you? You’re alright? Hi Pal! Hi mate! Good afternoon! Hello! Adalah hal yang sangat common diucapkan di jalanan meskipun tidak saling kenal. Bahkan, sangat biasa Scottish akan mengajakmu bicara jika berpapasan seperti sewaktu aku sedang wandering bersama temanku, Kiki di kawasan Bridge of Allan. Dua orang ibu-ibu berpapasan dengan kita “Hi, it’s sunny isn’t it? You’re lucky walking around now since it was gloomy and raining!”. Di hari yang sama, kita juga berjumpa dengan seorang kakek dan anjing hitamnya yang menyapa karena aku menggunakan hoodie Uni. “Hey, I used to teach at Uni!”. Selain itu, pejalan kaki dan pesepeda di sini juga selalu mengucapkan Thank You ketika kita minggir atau memberi jalan pada mereka di trotoar. Benar-benar sopan ya.

Moreover, jika kamu berkeliling kawasan perumahan, akan ada children park di sekitarnya. Di park itu, terutama spring dan summer, dipenuhi oleh anak-anak dan orang tua yang menemani mereka bermain. Hubungan keluarga di sini (tampaknya ya) harmonis. Jarang sekali anak-anak kecil pergi ke park tanpa orang tuanya. Pemandangan lain yang sering dijumpai adalah anjing dan tuannya berjalan bersama. Ada banyak sekali jenis anjing di Scotland, mereka sangat lucu dan tak pernah kujumpai di Indo. Hebatnya, di sini anjing diperlakukan layaknya anggota keluarga, bahkan tak jarang ditemui anjing yang dibiarkan oleh tuannya tanpa tali di lehernya. Mereka akan mengikuti kemana tuannya berjalan. So sweet kaaaan. Di Scotland juga punya peraturan ketika anjing piaraan pup di jalan, maka pemiliknya wajib ‘memungut’ kotoran itu dengan plastic dan membuangnya ke trash bin. Tentu saja, Scotland memiliki peraturan yang ketat jika ingin memelihara pets!

Dalam hubungan social yang lebih kompleks, mengenai pasangan misalnya, tidak ada larangan untuk menjadi queer. Di jalanan, kita akan sering menemui laki-laki dan perempuan, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan berjalan bergenggaman tangan. Bahkan di bulan tertentu, banyak orang dan instansi akan mengampanyekan bendera Pride untuk mendukung gerakan LGBT. Bisa dibilang, negara ini ‘sangat bebas’, bahkan kamu bisa tinggal bersama dan memiliki anak tanpa harus menikah.

Alam dan Keseimbangannya

When I was walking around Bridge of Allan with my friend, Kiki, I found this. It was common here but I thought I just took a meaningful and insightful picture. It represents the way how people engage with other creatures and love them as human being..

 

Think about it..

 


 

 

 

Kurs dan Sistem Pembayaran

Aduh, perkara cuan. A lot lot lot of consideration. Kurs akan selalu fluktuatif, Rupiah (IDR) atau Poundsterling (GBP) bisa saja melemah atau menguat. Sulit diprediksi. Detik di saat kutulis laman ini, 1 Poundsterling sama dengan Rp 20.139, padahal sebelumnya ada di kisaran Rp 19ribuan. Ini sering menjadi sebuah kegalauan orang Indo yang tinggal di UK, particularly bagi yang menyimpan uangnya dalam bentuk rupiah. Ya, berbicara mengenai uang tentu tidak pernah menjadi sebuah hal yang sederhana, but fortunately, sistem yang berlaku di UK memudahkan praktek pembayaran. Thus, sangat jarang orang-orang melakukan pembayaran menggunakan uang cash, mereka prefer to use online payment or contactless, such as debit, credit, transfer, etc. Tinggal tap atau gesek kartu. It’s easy, dude.

 

Akomodasi

-       Heater: Jika di Indonesia kita mostly melihat AC di setiap ruangan, maka di UK, tidak semua memiliki AC. Di flat ku misalnya, hanya ada heater.  Aku akui, tidak perlu AC untuk rumah penduduk Stirling. Lebih baik membeli sebuah alat untuk mencegah tubuh yang membeku daripada alat yang meniup udara dingin. Buka jendela lebar-lebar sudah cukup membuat sejuk tanpa harus memasang AC. Namun, menutupnya rapat-rapat tidak selalu menghangatkan kondisi rumah di kala autumn dan winter, apalagi menghangatkan hati (tuh kan salah topik lagi…hmmm).

-      Toilet paper: Ada sebuah cerita sewaktu baru saja tiba di Edinburgh airport. Aku dan Tari buru-buru ke toilet. Kita berlari karena tidak lagi mampu menahan. Akhirnya, ketemulah sebuah toilet. Aku menitipkan koper ke Ella dan Luni yang menunggu di depan toilet. Di dalam toilet…begitu selesai buang air kecil, tanganku meraba-raba ke sudut kanan bangku toilet. Hmm tidak ada, batinku. Lalu tangan kiriku mencari-cari di sebelah kiri bangku. Lah, ga ada juga, batinku lagi. Beberapa detik setelahnya, barulah aku sadar tentang fakta toilet di UK, tidak ada yang namanya bidet (sejenis semprotan air di toilet). Anjir lah, aku terkekeh seru.

“Tari!” teriakku. Tari tertawa terbahak-bahak dari sekat toilet sebelahku seolah sudah tahu maksudku.

“Gimana ini woy!” Aku dan Tari ngakak bukan kepalang.

“Apaaaa..Gatau lah ini! Hahaha” kita berdua tertawa cengengesan, kencang, dan cukup lama dari balik pintu toilet yang berbeda, sementara ada beberapa wanita yang juga menggunakan toilet lain di dekatnya. Aku tidak bisa bayangkan ekspresi mereka mendengar betapa berisiknya toilet airport di subuh hari karena suaraku dan Tari. Sejenak terbesit, kenapa bisa aku sampai lupa kalau orang-orang bule commonly menggunakan toilet paper untuk clean ‘it’ up. Ya ampun. Tapi beruntungnya ya, kita membawa tisu basah saat itu, dan akhirnya permasalahan membagongkan nyaa selesai.

-      Tap water: Pernah minum air keran? Kalau iya, maka sama. Di Scotland, air minum bisa langsung dari keran. Iya, keran. Tenang aja, aman dan praktis. Jadi tidak perlu angkut-angkut galon hehehe. Sudah jadi hal lumrah penduduk negeri dongeng minum air langsung dari keran wastafel cuci piring. Airnya begitu segar, dingin, dan jernih. Aku merasa beruntung tinggal di Stirling which is daerah perbukitan dan airnya terjamin. Tapi setiap orang kan beda-beda, jika tidak terbiasa, maka itu akan jadi sebuah pilihan saja. Silahkan jika ingin rebus air terlebih dahulu di water heater. Kalau aku mah, langsung TAP! aja hehehe.

      Ughhh, finally... Terimakasih sudah membaca ya, 2000 words lebih nih, aku harus mengakhiri. 

     Bukan sebuah buku yang sedang ingin kutulis kan, ini hanya sebuah laman Episode 3 pada blog loh, haha. Ya, mungkin suatu hari di jalan takdirku, Tuhan kehendaki aku berjuang kembali dengan tidak tanggung-tanggung. Bisa jadi, menulis buku akan jadi mimpi selanjutnya. Tapi, untuk saat ini.. belumlah. Biarkan aku menikmati dan syukuri kata-kata yang berhasil kutulis lagi.. Biarkanlah juga, emosi yang terbentuk, meniupkan nyawa di setiap alur cerita yang berlangsung.

Harapku, teman-teman Indo yang saat ini juga berada di Scotland, menambahkan pada kolom komentar hal-hal apa yang kalian alami di sini. Let's share to others so we'll get something new together :)


Have a nice summer, epelibadiiii!

 


Komentar

  1. Hi, Reliza! Nice to read your stories :)

    I feel so related with most of it, except the toilet part lol (I've prepared my own portable electric bidet long before I came to Glasgow, but it turned out that I felt more comfortable to use usual bottle 😂).

    Reading your stories reminds me to mine when I first came to Glasgow a year prior than you did. So nostalgic! You can listen to my stories on my podcast if you'd like :)

    https://open.spotify.com/episode/7CiFnmTnXoYqtiLo6vrWkF?si=8DYh7PrtQ_mD42nisNqJPg&utm_source=copy-link&dl_branch=1

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

A New Home in Stirling

Book Review | Resensi Buku - Living in Tune by Liz Roberta (in English)

Sebuah Intro